Sabtu, 20 Oktober 2012

TRANSMISI KOLINERGIK DI BERBAGAI TEMPAT



Terdapat perbedaan antara berbagai tempat transmisi kolinergik dalam hal arsitektur umum, mikrostruktur, distribusi AChE dan faktor temporal yang berperan dalam fungsi normal. Pada otot rangka, tempat transmisi merupakan bagian kecil dari permukaan masing-masing serabut otot yang letaknya terpisah satu sama lain, Sebaliknya, di ganglion servikal superior terdapat kira-kira 100.000 sel ganglion dalam ruang yang hanya beberapa mm dengan serabut prasinaps dan pascasinaps membentuk anyaman yang rumit. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa terdapat perbedaan ciri spesifik di antara berbagai tempat transmisi.
1. Otot rangka. lkatan ACh dengan reseptornya akan meningkatkan permeabilitas membran pascasinaps terhadap ion Na⁺ dan K⁺ sekaligus, sehingga terjadi influks Na⁺ dan efluks K⁺. Setiap molekul ACh menyebabkan keluar masuknya 50.000 kation. Proses ini merupakan dasar terjadinya potensial lempeng saraf (EPP, end-plate potential) yang mencapai -15 mV pada end-plate. EPP akan merangsang membran otot disekitarnya dan menimbulkan potensial aksi otot (MAP, muscle action potential), yang kemudian diikuti kontraksi otot secara keseluruhan.
Setelah denervasi saraf motorik otot rangka atau saraf pascaganglion otonom, dibutuhkan transmitor dalam ambang dosis yang jauh lebih rendah untuk menimbulkan respons: fenomen ini disebut supersensitivitas denervasi. Pada otot rangka hal ini disertai dengan meluasnya penyebaran kolinoseptor ke seluruh permukaan serabut otot.
2. Efektor otonom. Berbeda dengan keadaan di otot rangka dan saraf, otot polos dan sistem konduksi di jantung (nodus SA, atrium, nodus AV dan sistem His-Purkinje) memperlihatkan aktivitas intrinsik elektrik maupun mekanik, yang diubah tapi tidak ditimbulkan oleh impuls Saraf.
Pada otot polos usus yang terisolasi, pemberian ACh 10⁻⁷ – 10⁻⁶ M menurunkan potensial istirahat (menjadi kurang negatif) dan meningkatkan frekuensi potensial aksi. disertai peningkatan tegangan. Dalam hal ini, ACh melalui reseptornya menyebabkan depolarisasi parsial membran sel dengan cara meningkatkan konduktivitas (conductance) terhadap Na⁺, dan mungkin Ca⁺⁺.
Pada sel efektor tertentu yang dihambat oleh impuls kolinergik, ACh menyebabkan hiperpolarisasi membran melalui peningkatan permeabilitas ion K⁺.
Selain pada ujung saraf pascaganglion parasimpatis, ACh juga dilepaskan oleh saraf pascaganglion simpatis yang mempersarafi kelenjar keringat. Respons perangsangan kolinergik di berbagai efektor otonom dapat dilihat pada Tabel 2-1.
3. Ganglion otonom dan medula adrenal. Transmisi impuls di ganglion cukup rumit.
Medula adrenal secara embriologik berasal dari sel ganglion simpatis sehingga organ ini dipersarafi oleh saraf praganglion simpatis yang merupakan bagian dari saraf splanknikus. Saraf pascaganglionnya sendiri mengalami obliterasi, Sekresi hormon epinefrin oleh sel medula adrenal dirangsang oleh ACh. Berbeda dengan di sambungan saraf-efektor, di medula adrenal NE hanya merupakan bagian kecil dari seluruh transmitor yang disekresi; sebagian besar berupa epinefrin.
4. Susunan saraf pusat. ACh berperan dalam transmisi neurohumoral pada beberapa bagian otak, dan ACh bukan satu-satunya transmitor dalam susunan saraf pusat.
Kerja ACh pada membran prasinaps. Adanya kolinoseptor pada membran prasinaps terlihat dari terjadinya potensial aksi antidromik pada saraf motorik setelah pemberian ACh atau anti- ChE, yang dapat diblok dengan kurare. Walaupun inervasi kolinergik pada pembuluh darah terbatas, agaknya terdapat reseptor kolinergik di ujung saraf adrenergic yang mempersarafi pembuluh darah. Diduga aktivasi reseptor ini menyebabkan berkurangnya penglepasan NE ada perangsang saraf.